Sustainability, Kunci Utama dalam Pembangunan

By Admin


nusakini.com - Jakarta, Kegiatan pembangunan secara umum dan pembangunan ekonomi yang demikian progresif selama ini cenderung mendapatkan kritik dari berbagai kalangan. Terdapat pandangan yang menilai bahwa kegiatan tersebut cenderung eksploitatif dan hanya mengejar keuntungan, namun melupakan dampak yang ditimbulkannya bagi kehidupan sosial serta lingkungan. Oleh karena itu, sustainability (keberlanjutan) menjadi faktor penting yang harus ada di setiap kegiatan pembangunan untuk memastikan tersedianya sumber daya yang optimal bagi generasi mendatang.

"Sejalan dengan pertanyaan mendasar dalam pembangunan modern yang berlangsung saat ini yaitu sustainability atau keberlanjutan. Secara kritis kita harus terus melakukan melihat aspek ini untuk memastikan kita dapat mewariskan sumber daya yang optimal bagi generasi dunia berikutnya," tegas Wakil Presiden (Wapres) K. H. Maruf Amin saat memberikan sambutan pada acara 1st International Conference on Islamic Civilization dengan tema Islamic Perspective on Sustainable Development and The Role of Islamic Economic in Todays Global Finance di kediaman resmi Wapres, Jalan Dipobegoro Nomor 2, Jakarta Pusat, Kamis (27/08/2020).

Lebih lanjut Wapres menekankan, bahwa misi untuk memastikan berjalannya pembangunan berkelanjutan ini juga telah menjadi komitmen dunia yang diformulasikan dalam Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Data SDG Index 2020 mencatat, upaya pencapaian SDGs di Indonesia mengalami kemajuan yang berarti dan perbaikan diantaranya dalam pengurangan kemiskinan, penyediaan akses terhadap air bersih dan sanitasi, dan inovasi dalam bidang industri dan infrastruktur. Namun dalam skala internasional, Indonesia masih tertinggal dibanding negara Asia Tenggara lainnya seperti Thailand, Malaysia dan Filipina. Untuk itu, diperlukan penguatan upaya pencapaian SDGs ini agar peringkat Indonesia dapat naik.

"Khususnya dalam masa pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), tantangan pembangunan dan ekonomi berkelanjutan akan semakin besar," tambah Wapres. 

Dalam konteks pencapaian SDGs, pandemi ini setidaknya berdampak pada peningkatan angka kemiskinan, mengurangi kemajuan kualitas pendidikan, dan mengurangi pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, Wapres pun mengajak seluruh pelaku pembangunan untuk menjadikan pandemi ini sebagai momentum untuk melakukan akselerasi pencapaian SDGs pascapandemi.

“Memang benar pandemi ini menyebabkan beban masyarakat bertambah, sementara roda perekonomian menjadi lebih lambat. Tetapi justru dalam situasi ini, konsep ekonomi berkelanjutan menjadi jauh lebih penting. Inilah waktu yang tepat untuk menegaskan aspek inklusifitas, karena pandemi ini berdampak pada semua kalangan. Dan inilah kesempatan kita, pascapandemi, untuk melaksanakan pembangunan dengan lebih baik," tutur Wapers.

Selain itu, Wapres juga mengimbau agar para pelaku ekonomi dapat mengadopsi konsep Triple Bottom Line atau yang dikenal dengan 3 P, People, Planet, Profit (manusia, lingkungan, keuntungan). Konsep ini secara umum mendorong agar kegiatan ekonomi dapat memperhatikan tiga hal utama secara seimbang yaitu manusia, lingkungan dan keuntungan. Karena, dengan keseimbangan tiga unsur tersebut, maka dapat terciptanya keberlanjutan yang juga sejalan dengan prinsip ajaran Islam yaitu rahmatan lil-alamin (rahmat bagi semesta) dan inklusif.

“Jadi sesungguhnya menjalankan ekonomi berkelanjutan sama halnya dengan menjalankan Syariat Islam. Penerapannya dalam setiap kegiatan ekonomi diharapkan dapat menjadikan kegiatan ekonomi menjadi berkelanjutan dengan memperhatikan martabat manusia, menjadikannya sebagai subjek dan bukan sekedar objek, mempertahankan kohesi sosial serta ramah terhadap lingkungan," imbau Wapres.

Menutup sambutannya, Wapres pun menyampaikan apresiasi atas diselenggarakannya konferensi hari ini. Ia meyakini bahwa forum ini akan membawa manfaat dalam penerapan ekonomi syariah yang harmonis dengan penerapan ekonomi konvensional dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di masa depan.

“Konferensi, seminar ataupun bentuk-bentuk pertemuan lain yang tujuannya untuk saling berbagi pengetahuan dan mempromosikan pengembangan ekonomi sangat bermanfaat. Penerapan ekonomi Syariah yang harmonis dengan penerapan ekonomi konvensional menjadi kunci pertumbuhan ekonomi masa depan. Oleh karena itu mari kita sama-sama terus mendorong pengembangan ekonomi Syariah [dan konvensional] agar dapat terus berkembang dan mencapai potensinya," pungkas Wapres.  

Sebelumnya, Rektor Universitas Sultan Agung, Bejo Santoso, melaporkan secara umum tentang pelaksanaan konferensi hari ini. 

Melalui konferensi ini kita akan membahas beberapa hal penting, bagaimana Islam berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan terkait dengan SDGs, terutama dalam penanggulangan kemiskinan, mengatasi kelaparan, peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan yang baik, serta kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi. Konferensi ini akan menampilkan 97 paparan di berbagai bidang dari 29 universitas, lapor Bejo.

Selain rektor Universitas Sultan Agung, tampak hadir secara virtual diantaranya Direktur Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia Priyono, dan para perwakilan peserta seminar diantaranya dari Universitas Hasyim Asy’ari Jombang, Universitas Muhammadiyah Palangkaraya, Universitas Negeri Jember, Belgorod State Technological University of Russia, Universiti Teknologi Malaysia, dan Universitas Islam Sultan Sharif Ali Brunei Darussalam.

Sementara Wapres didampingi oleh Kepala Sekretariat Wapres, Mohamad Oemar. (DAS/NN, KIP).